Makalah Kimia Tentang Koloid Kelas XI SMA
Rain In Shadow→ Salam pembaca sekalian, artikel ini akan menyajikan tantang Makalah yang saya buat bersama dengan teman-teman saya sewaktu kelas XI SMA. Mungkin Makalah ini sudah banyak yang membuat diluar sana. Makalah Kimia ini akan membahas tentang Zat yang bernama Koloid. Seperti apa Zat Koloid tersebut. Silakan dilihat Makalah dibawah ini.
MAKALAH KIMIA
KOLOID
D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
Andrie Setya Bhakti
Cindi Febriana Saputri
D.M. Andhini K.D.P
Indra Bhara Suwandi
Indrawan Kholistianto
Miswahyudi
Taufik Kurahman
Yosep Medy
Kata Pengantar
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan
yang kami miliki.
Makalah ini merupakan
makalah yang pertama kami buat
dalam bidang studi Kimia, makalah ini juga sangatlah sederhana dari makalah
yang lain. Makalah ini pun mengambil tentang “Koloid”, yang kami kiranya para
pembaca dapat mengetahui dari koloid apa itu koloid serta contoh sederhana
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan tangan terbuka demi
kesempurnaan penyusunan makalah kami yang selanjutnya. kami berharap penyusunan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami semua. Amin.
Tenggarong,
April 2016
Penyusun
ii
Daftar Isi
Halaman
Judul .................................................................................... i
Kata
Pengantar ................................................................... ii
Daftar
Isi ............................................................................. iii
Bab
I Pendahuluan ............................................................ 1
1.
Latar Belakang ..................................................... 1
2.
Rumusan Masalah ................................................. 1
3.
Tujuan Penulisan .................................................. 2
4.
Manfaat Penulisan ................................................ 2
Bab
II Pembahasan ........................................................... 3
1.
Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan .............. 3
2.
Macam-macam Koloid ......................................... 4
3.
Beberapa Macam Koloid Dan
Penggunaannya ... 5
4.
Sifat-sifat Koloid .................................................... 6
5.
Pembuatan Koloid Sol .......................................... 10
6.
Pemurnian Koloid Sol .......................................... 14
7.
Koloid Dalam
Kehidupan Sehari-Hari ............... 15
Bab
III Penutup ................................................................... 16
1.
Kesimpulan ........................................................... 16
2.
Saran ....................................................................... 16
Daftar
Pustaka .................................................................... iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di
alam yang mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan
(dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata.
Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai
rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar
tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan
padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air
yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid.
Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh –
tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci
berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat
(minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan
cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.
2. Rumusan Masalah
A.
Apa itu koloid ?
B.
Apa saja jenis-jenis koloid ?
C.
Bagaimana penggunaan koloid ?
D.
Apa saja sifat-sifat koloid ?
E.
Bagaimana cara membuat koloid ?
F.
Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang
tidak dibutuhkan ?
G.
Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?
1
3. Tujuan Penulisan
a.
Menjelaskan apa itu koloid.
b.
Menjelaskan macam-macam koloid.
c.
Menjelaskan penggunaan koloid.
d.
Menjelaskan sifat-sifat koloid.
e.
Menjelaskan cara membuat koloid.
f.
Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang
tidak dibutuhkan.
g.
Menjelaskan contoh-contoh koloid dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Manfaat Penulisan
a.
Agar dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid.
b.
Agar dapat mengetahui macam-macam koloid.
c.
Agar dapat mengetahui penggunaan koloid.
d.
Agar dapat mengetahui sifat-sifat koloid.
e.
Agar dapat mengetahui cara membuat koloid.
f.
Agar dapat mengetahui cara memurnikan koloid.
g.
Agar dapat mengetahui contoh-contoh koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones
adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat
padat dan zat cair.
1. Sistem Koloid Dalam
Pengelompokkan Campuran
Sistem koloid adalah suatu campuran
yang keadaannya terletak di antara campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
Dengan kata lain, campuran koloid merupakan bentuk peralihan campuran dari
heterogen menjadi homogen.
Pada dasarnya campuran koloid itu
bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran itu sudah menyatu dan
sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran
molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena
bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.
Untuk membedakan sistem koloid
dengan sistem pemcapuran lainnya, perhatikanlah tabel berikut!
LARUTAN
|
KOLOID
|
SUSPENSI
|
Terdiri atas satu fasa
|
Terdiri atas satu fasa
|
Terdiri atas dua fasa
|
Homogen
|
Homogen
|
Heterogen
|
Jernih
|
Keruh
|
Keruh
|
Tidak memisah jika didiamkan
|
Tidak memisah jika didiamkan
|
Memisah jika didiamkan
|
Tidak dapat disaring
|
Dapat disaring
|
Dapat disaring
|
Tidak dapat diamati
|
Dapat diamati dengan mikroskop ultra
|
Dapat diamati dengan mikroskop biasa
|
Diameter partikel < 10-7 cm.
|
Diameter partikel 10-7 - 10-5
cm.
|
Diameter partikel > 10-5 cm.
|
Penulisan A (aq)
|
Penulisan A (s)
|
Penulisan A (s)
|
2. Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya
Sistem koloid terdiri atas dua fase
atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase
luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara
itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Berdasarkan fase zat terdispersi,
sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih.
1. Sol ialah
koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid
dengan zat terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah
koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan
fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa
jenis
1. KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas
bagian-bagian berikut:
a. Sol padat
(padat-padat)
Sol padat ialah
jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh:
logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair
(padat-cair)
Sol cair ialah
jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti,
Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat,
tinta, dan kanji.
c. Sol gas
(padat-gas)
Sol gas (aerosol
padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal
ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan
debu.
2. KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga
jenis, yakni sebagai berikut:
a. Emulsi padat
(cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah
koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti
zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli,
dan mutiara.
b. Emulsi cair
(cair-cair)
Emulsi cair (emulsi)
ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak
ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi gas
(cair-gas)
Emulsi gas (aerosol
cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat
insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3. KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, ,
yaitu sebagai berikut:
a. Buih padat
(gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat
fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase
gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.
b. Buih cair
(gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan
zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, zat terdispersi faso gas
dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok
Klasifikasi di atas dapat pula
disusun dalam delapan pola penggolongan, yakni seperti dalam tabel
berikut.
No
|
Fase
Terdispersi
|
Fase
Pendispersi
|
Nama
Koloid
|
Contoh
|
1
|
Gas
|
cair
|
buih, deterjen
|
buih sabun, shampoo, krim kocok
|
2
|
Gas
|
padat
|
busa padat
|
karet busa, batu apung
|
3
|
cair
|
gas
|
aerosol cair
|
Kabut
|
4
|
cair
|
cair
|
emulsi
|
susu, santan, minyak ikan, es krim
|
5
|
cair
|
padat
|
emulsi padat
|
mutiara, jeli, keju
|
6
|
padat
|
gas
|
aerosol padat
|
Asap
|
7
|
padat
|
cair
|
sol
|
cat, tinta, larutan agar-agar
|
8
|
padat
|
padat
|
sol padat, logam
|
kaca berwarna, campuran
|
3. Beberapa
Macam Koloid Dan Penggunaannya
Ada banyak penggunaan sistem
koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai
industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya.
Beberapa macam koloid tersebut antara lain :
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana
partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat
kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri
modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam
bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya
antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana
partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari
partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil, dimana
partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya
“cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang
setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin. Ciri-ciri
sol liofil :
1.
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase
terdispersi dengan medium terdispersinya
2.
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3.
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium
pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan
medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan
partikel sol liofil tidak saling bergabung
4.
Viskositas sol liofil > viskositas medium
pendispersi
5.
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
6.
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat
dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan
penambahan medium pendispersinya.
7.
Memberikan efek Tyndall yang lemah
8.
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi
sama sekali
b. Sol liofob, dimana
partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya
“takut cairan” (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam. Ciri-cirinya :
1.
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase
terdispersi dan medium pendisperinya
2.
Memiliki muatan positif atau negative
3.
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium
pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion
yang bermuatan listrik
4.
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas
medium pendispersi
5.
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena
mempunyai muatan
6.
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal
tidak dapat diubah menjadi sol
7.
Memberikan efek Tyndall yang jelas
8.
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis
muatan partikel
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam
koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid
liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun,
dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol
logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di
mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar
terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi
(emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat
dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang
dalam bentuk semipadat disebut krim.
4. Sifat-sifat Koloid
1. Efek
Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh
koloid di temukan oleh John
Tyndall, oleh karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall
digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan sejati, contoh dalam
kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru
atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah
pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka
sinar dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan
sejati hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid
kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan
sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki
partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit
kecil dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel
koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik cahaya atau
partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan
zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang
ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan
pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid dalam medium
pendispersinya disebut gerak brown. Gerak
brown dapat diuraikan sebagai berikut: Partikel – partikel suatu zat
senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan
gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas,
partikel-partikel menghasilkan tumbukan.
Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang.
Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel
koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel, semakin
lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam
zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena
disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada
permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong
besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini
telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
4. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah
muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif
dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel
koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid.
Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat
mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi dan proses
ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi
partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis
partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif,
sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari
medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium
pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+
sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI
akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh
muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada permukaan partikel
koloid.
A Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid
sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa (-NH2).
Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein. Pada
ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus
–NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk
gugus –COO-. Pada pH intermediet partikel protein bermuatan netral karena
muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
A Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat,
molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran koloid yang disebut
misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase
pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat
dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena
sering tolak-monolak.
c. Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat
muatan bahwa partikel-partikel. lapisan bermuatan listrik ini selanjutnya akan
menarik ion-ion dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat adalah :
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat adalah :
Lapisan
padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisan difusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi.
Lapisan difusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi.
d.
Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan
listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan listrik. Pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang
bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik
itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan.
Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi.
Koagulasi biasa digunakan untuk
perebusan telur, pembuatan yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai,
pembentukan delta, dan pengolahan asap atau debu. Penghilangan muatan listrik
pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :
a. Menggunakan prinsip
elektroforesis
Proses elektroforesis adalah
pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode dengan muatan
berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan
muatannya.
b. Penambahan koloid lain
dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif
dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid
tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi.
c. Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam
sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion
positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik
ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi
lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan.
d. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid
menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul
air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada
permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di
antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya dapat
dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid
sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang
merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang
membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang
merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid.
5. Pembuatan
Koloid Sol
Ukuran partikel koloid berada di
antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya dapat
dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid
sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang
merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang
membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang
merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid.
1. Metode
kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode
ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis,
dan redoks) atau dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan
menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi
pertikel-partikel berukuran koloid.
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang: As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang: As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat
dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
c. Reaksi reduksi-oksidasi
(redoks)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang
terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g)
+ SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)
d.
Penggatian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti
medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti
pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya:
- untuk membuat sol belerang yang
sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan
medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol
sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan
menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang
dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang
sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air,
kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi
dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang kemudian akan
didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan
partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk dapat
membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara
ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai,
krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan
zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
Sistem kerja alat penggilingan koloid:
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
Sistem kerja alat penggilingan koloid:
Alat ini memiliki 2 pelat baja
dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-partikel yang kasar akan digiling
melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut. Kemudian, terbentuklah
partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium
pendispersinya untuk membentuk sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah;
pelumas, tinta cetak, dsb.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan
koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses
pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah
tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun
pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ;
endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut
tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara
Busur Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya
digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini,
logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai
elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air
suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua
elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan
logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena
logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini
dikategorikan sebagai metode dispersi.
d. cara ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara
busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi dalam pembuatan sol logam. Kalau busur
Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik
menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
6. Pemurnian Koloid Sol
Seringkali terdapat zat-zat terlarut
yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid.
Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga
kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian
partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses
dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul –
molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid
biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki
sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan
koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan
dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil
daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan,
sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan
partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan
dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah
untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput
ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi
menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah
proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik
tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput
semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid
berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya
pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat
digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena
elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring
Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat
disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu
besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas
saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori
kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut
penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan
penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk
mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di
kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan
ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
7. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat
bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat
tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi
koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga
banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di
alam, kedokteran, pertanian, dsb;
Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan
negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan
pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion
tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein
danmembnatu penggumpalan darah.
Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir
dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+,
Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai
bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan
pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu
delta.
Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses
industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel
koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik
yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel
koloid.
Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan
dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel
koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang
masih berwarna dapat diputihkan.
Penjernihan
Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung
partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum,
harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+
+ 3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas
yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sistem koloid adalah suatu campuran
yang keadaannya terletak di antara campuran homogen (larutan) dan heterogen
(suspensi).
Sistem koloid terdiri atas dua fase
yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium).
Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat
yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Sifat-sifat
Koloid yaitu :
efek tyndall, gerak brown, adsorpsi
koloid, muatan koloid sol, koagulasi, dan koloid pelindung.
Cara pembuatan sistem koloid dapat
dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode kondensasi
- Metode dispersi
Untuk
pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode
pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.
2. Saran
Sebaiknya dalam
memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegang teguh pada
prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu
semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.
Daftar Pustaka
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI
Semester Kedua. Jakarta :Yudhistira
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan
Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
Theory and Application of Chemistry
2 for Grade XI Senior high school and islamic senior high school. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Tidak ada komentar: